Wednesday, June 30, 2010

Rapat In My Harmony (Oleh Edhi Hidayat Part 4)

4
Saat-saat ulangan MID semester

     Dalam hatiku aku berpikir, jika kita telah melalui 4 kali masa ulangan bersama, maka di ulangan ke 4, itu ialah terakhir kalinya kita ulangan bersama-sama

     Tidak terasa sudah 3 bulan saya dikelas ini, tidak terasa ternyata saya sudah akrab dengan semua teman-teman baru saya ini, dan tidak terasa juga bahwa ini saatnya saya untuk mengikuti ulangan mid semester saya yang pertama bersama teman-teman baru saya ini
     Dan, ketika kartu tes diberikan saya melihat bahwa ruangan ujian saya ialah di ruangan 5, maka pada saat ulangan saya datang siang itu dan langsung menuju keruang 5, saat tiba, ternyata teman saya Sarah telah menyiapkan satu buah bangku untuk saya tempati, dan sarah memang sengaja untuk menyiapkan bangku itu, agar dia dapat meminta jawaban padaku
     Dan ketika ulangan dimulai, semua berlangsung tertib, namun pada menit ke 25, sarah memanggilku “edi edi woy edi” lalu aku berbalik melihat wajah sarah yang kosong, dan aku berkata “apa sarah?” sarah hanya menjawab “apa jawabannya nomor 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10” saat mendengar kata-kata itu aku langsung kaget setengah mati, aku berpikir apakah sarah ini tidak pernah belajar??? Maka dengan baik hati akupun memberikan jawabanku pada sarah eittssss. Jangan senang dulu sarah kamu belum taukan, kalau dari 30 jawaban yang saya berikan padamu itu, ada 5 jawaban yang berbeda dengan jawaban saya,, tapi sarah, jangan kamu kira saya berbuat seperti itu karena saya benci padamu, tidak sarah, justru karena saya sayang dan peduli padamu sarah (hueeek) maka saya berbuat demikian,, saya berbuat demikian agar kamu teliti sebelum menerima jawaban nyontekan, saya bermaksud agar jika kamu menerima jawaban nyontekan, maka kamu harus menguji apakah jawaban itu benar atau salah, namun yang aku lihat selama ini, sepertinya kamu pasrah saja dengan semua jawaban yang ada,, mau itu benar ataupun salah, itu karena kamu malas membaca soal sarah
     Akhirnya, hari-hari ulangan kami lalui, dan seperti biasa, sarah selalu meminta jawaban pada saya dan selama ini saya tidak keberatan jika sarah meminta jawaban pada saya,, namun saya merasa terusik pada sarah ketika saya belum mulai menjawab (re: baru mengisi formulir) dia sudah meminta jawaban pada saya dan itu sungguh membuat saya stress bukan kepala
     Namun, ada hal yang sangat saya sayangkan saat ulangan diselenggarakan, ialah kebersamaan kami bersama akan merenggang saat ulangan diselenggaran, itu karena ruangan kami berbeda, dan saat ujian dilarang bercerita sehingga kami kebanyakan diam tanpa kata dan juga karena waktu istirahat yang sangat singkat, sehingga waktu pertemuan kita sangat sedikit tapi, saya tau, itu semua bukan kemauan kami, tapi itu ialah kemauan dari panitia pelaksana namun setelah ujian berlalu, perlahan-lahan kami bangkit dan perlahan-lahan kami kembali lagi merajut rasa kebersamaan kami yang sempat merenggang, dan perlahan-lahan kami kembali lagi menjadi sosok pelajar yang AUTIS karena saat ujian kami jarang bersama, sehingga kami jarang sekali bisa bersama-sama bermain bersama dan bukan rahasia lagi, jika kami bermain bersama, pasti kami akan lupa bahwa kami ialah manusia, kami merasa bahwa kami ialah dewa, yang ‘tak akan mati, sehingga ketika ada yang berdarah baru kami kembali sadar bahwa kami ialah manusia dan saya juga merasakan itu, tepat di hari kamis, 2 minggu sebelum ujian semester diselenggarakan, saat itu Patrick dan fahmi sedang bermain kucing-kucingan di lantai3, dan saat itu juga pintu masih terpasang di kelas kami,, dan saat itu saya sedang berjalan dari tangga menuju kelantai3, dan saat berada di pintu kelas, tanpa sepengetahuan saya, fahmi berlari keluar kelas, dan tiba-tiba saja Patrick menendang pintu kelas saya tau, niat Patrick menendang pintu kelas itu, agar pintu mengenai fahmi dan fahmi berhenti berlari, namun apa yang terjadi tidak seperti yang dibayangkan (sebenarnya kisah ini sangat sulit untuk saya bayangkan, namun disini saya berusaha tegar untuk menuliskannya) saat itu grendel pintu tepat mengenai alis saya, sekitar 3 Cm dari mata saya, dan saat itu juga, ternyata alis saya itu berdarah, dan bocor,, sehingga darah mengalir deras keluar dari alis saya, awalnya saya tidak mengetahui bahwa alis saya itu bocor, saat itu Fandi yang memberitahu saya, dia berkata dengan keras “edi, ada darah dikepalamu” saat itu saya tidak percaya, namun saat melihat darah menetes dari tangan saya, saya langsung kaget disitu, yang teringat di pikiran saya hanyalah Ibu saya bagaimana tidak, ibu saya mengidap penyakit “JANTUNGAN” sehingga jika ibu saya mengetahui kejadian ini, pasti dia akan panik, lalu pingsan, dan mungkin langsung MATI maka saat itu saya memberi tau wali kelas saya, agar tidak menelpon ibu saya tentang kejadian ini, dan saat itu saya berusaha tegar, berusaha tidak panik, agar darah yang keluar tidak terlalu banyak teringat dalam benak saya, saat itu fahmi yang menolong saya, mengantar saya turun ke UKS fahmi rela, bajunya itu dipenuhi darah saya dan saat di lantai 2, saya hampir saja pingsan, kepala saya terasa berat, saat itu pandangan saya sudah buram namun saat itu fahmi mengingatkan saya agar saya kuat akhirnya saya paksakan untuk berdiri, saya paksakan untuk berjalan. Dan akhirnya sayapun sampai di UKS dan langsung mendapatkan perawatan
     Namun, saat di UKS itu, saya menitihkan air mata saya, saya teringat kelas 7-1 saya yang dulu, karena ruang UKS saat ini ialah bekas dari kelas saya dulu saat itu Bimo datang, dia datang dan langsung menghampiri saya, saya bercerita tentang kenangan kami dulu dikelas 7-1 saat itu saya hanya bisa tersenyum dan saat Bimo berkata “edi, kau tau dimanako sekarang ini duduk?” saat itu saya hanya kaget, ternyata tempat saya diberi perawatan ialah tempat dimana saya dulu duduk di kelas 7-1, dan saat itu Bimo duduk didepan saya, dan saat itu juga, saya seperti merasakan saat-saat terakhir saya dikelas ini
     Dan karena kejadian itu, saya tidak bersekolah selama 2 Minggu, dan hari pertama saya datang kesekolah ialah saat hari ujian saat itu saya datang dan langsung disambut oleh rasa kebersamaan kelas kami
     Dan saat saya disambut itu, saya berpikir, andai saja saat kejadian itu saya menunduk atau saya bergeser sedikit saja, mungkin saja mata saya yang akan terkena grendel pintu itu, dan sudah pasti saya akan BUTA PERMANEN namun untung saja saat itu tuhan masih mengizinkan saya untuk menggunakan mata ini, sehingga saya terbebas dari kebutaan itu
     Dan kini, kejadian itu hanya menjadi kenangan saya dikelas ini yang ‘tak akan mungkin kulupakan, seperti bekas luka ini yang akan terus ada ditempatnya dan ‘tak akan pernah hilang, karena ditempat itu alis saya tidak akan pernah tumbuh lagi

No comments:

Post a Comment

Leave your comment!

Visitor Counter

free counters